Beresiko Tinggi, Dunia Wartawan Tetap Diminati

Beresiko Tinggi, Dunia Wartawan Tetap Diminati

Oleh :  Ghafar Uyub Depati Intan dan Zoni Irawan

Dunia Wartawan populer dengan sebutan kebanggaannya "Jurnalistik" kian diminati, tak sedikit surat kabar, Majalah, Buletin, Media sosial baru bermunculan bahkan ribuan diseluruh tanah air tercinta. Terkadang tanpa mempertimbangkan tingkat resiko yang sangat tinggi. Dimulai dari resiko dana (modal) awal penerbitan yang tidak memenuhi syarat Standar Perusahaan Pers, tidak memenuhi Sumber Daya manusia (SDM) dan tidak adanya persiapan matang pembekalan dasar bagi calon Wartawan/Wartawati sehingga tingkat kesulitan dalam pengembangan diri (SDM) para jurnalis sangat tinggi.

Hal ini kian menyulitkan Redaksi menerapkan liputan berita dengan baik, calon Wartawan dan Wartawati hanya berbekal surat tugas dan kartu pers, bukan berbekal ilmu jurnalistik. Tak heran banyak wartawan yang tidak tahu akan tugasnya, apalagi memilih berita yang disebut layak jual. Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi surat tugas dan kartu pers hanya menjadi alat "Menakut-nakuti Pejabat yang diduga tersandung sejumlah Kasus, seperti Kasus Korupsi dan penyalahgunaan wewenang dan jabatan.

Tak heran banyak pejabat tertipu oleh oknum wartawan yang berlagak wartawan. Seharusnya pejabat atau aparat menghargai wartawan yang jelas-jelas memiliki karya jurnalistik, bukannya nebeng lewat kelengkapan identitas. Profesi wartawan sering dilecehkan oleh para oknum, karena orang-orang yang bekerja sebagai wartawan tidak menjaga nama baik profesinya, dan tidak ada upaya untuk meningkatkan ilmu jurnalistnya, dengan tekun belajar, praktek secara benar dan dan melanjutkan jam terbang dengan meliput berbagai peristiwa dan menulis beragam laporan hasil liputan yang layak diterbitkan, karena dinilai memenuhi unsur penulisan berita.

Tingkat Resiko : Apapun pekerjaan (profesi) yang kita tekuni semuanya memiliki resiko, bagi oknum wartawan yang sengaja Menyalahgunakan profesi dan tugasnya dengan cara melawan hukum akan berhadapan dengan Hukum, contohnya melakukan tindak pidana pemerasan dan lain sebagainya. Dan masih banyak resiko yang tak terduga, kendati wartawan telah melakukan tugasnya dengan baik dan benar misalnya dalam membongkar Kasus-kasus

"Korupsi" penyalahgunaan wewenang dan jabatan dan lain-lainnya sangat banyak peluang yang bisa menjerat Wartawan, jika kurang berhati-hati dalam melaksanakan peliputan. " Jika yang terjadi benar-benar adalah murni resiko Menjalankan tugas peliputan, sepanjang tidak merupakan pelanggaran tugas jurnalistik, itu berarti unsur kejahatan murni dari pihak lain yang tidak suka masalah ataupun kasusnya terbongkar. Jika masih terjadi, ini terhormat bagi seorang wartawan karena yang diperjuangkannya adalah untuk kepentingan umum, dan untuk kebenaran dan keadilan. Tentu sangatl lain halnya dengan kecelakaan tugas, karena melanggar hukum atau tindakan yang bertentangan dengan Undang-undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ).

Wartawan Harus Membangun Kesadaran Diri
Seorang wartawan harus menyadari atas tugas yang diembannya bagi kepentingan umum, selain harus mendalami ilmu jurnalist (keahlian profesi), juga harus membangun kesadaran atas diri pribadinya sendiri, karena apa yang dikerjakannya berhadapan langsung dengan kepentingan umum dan masyarakat luas di bidang informasi, jika informasi yang diterbitkan sesat, maka akan berdampak kepada menyesatkan orang banyak dan akan menimbulkan dampak negatif yang luas.

Wartawan dituntut kemampuannya, Kejujurannya dari mendapatkan informasi awal sebuah jurnal atau catatan, harus ditelaah secara cermat dan mengembangkan seluas-luasnya serta mendapatkan keterangan dari kiri-kanan (pihak terkait) sehingga mendapatkan keterangan yang seimbang yang akan menjadi konsumsi pembaca.

Jika kesadaran diri pribadi wartawan (pelaku jurnalist) terawat dengan benar dia akan mampu menyuguhkan berita -berita yang memiliki nilai jual kepada pembacanya yang Budiman dan akan dicari oleh masyarakat pembacanya. Dan sebaliknya jika tidak ia akan ditinggalkan untuk selamanya. Tinggal lagi sejauh mana wartawan itu meningkatkan profesionalisme nya, sehingga dikenal dan dikenang masyarakat Pembacanya.


Previous
« Prev Post
Show comments
Hide comments