RAPUHNYA BANGSA, DISEBABKAN TERABAIKANNYA PENDIDIKAN KARAKTER
Oleh : Rudi Hartono Ridwar
PENULIS ADALAH MAHASISWA PENYELESAIAN STUDY PENDIDIKAN KARAKTER
PROGRAM MEGISTER PASCA SARJANA IAIN KERINCI
SECARA faktual, data realistik menunjukkan bahwa moralitas maupun karakter bangsa saat ini telah runtuh. Runtuhnya moralitas dan karakter bangsa tersebut telah mengandung berbagai musibah dan bencana di negeri ini. Musibah dan bencana tersebut, meluas pada ranah sosial-keagamaan, hukum, maupun politik
Musibah sosial keagamaan dapat diamati pada hilangnya etika kemanusiaan, sehingga penghormatan terhadap jabatan dianggap lebih penting dari pada menghormati pribadi sebagai manusia; Goncangan hukum dan politik dapat diamati pada kasus korupsi yang terjadi pada setiap meja instansi, praktik Money Politik, skandal kasus bank century dan sebagainya; gelombang kritis ekonomi dapat diamati pada kritis paradok negeri ini, dimana terdapat kekayaan sumber daya alam yang luar biasa, namun rakyatnya tetap miskin dan sengsara; “letusan gunung” spiritualitas dapat diamati pada peristiwa bom bunuh diri.
Meluasnya isu terorisme, radikalisme, fundametalisme, pembakaran gereja, bahkan pembakaran mesjid ahmadiyah serta pembakaran pesantren syi’ah di jawa timur dan sebagainya; huru-hara hukum dan peradilan dapat di lihat pada makelar kasus Gayus Tambunan, “ cicak versus buaya”, PNS muda kaya-kaya, kasus “sandal jepit, dan sebagainya; “banjir bandang” menerjang dunia pendidikan berupa tawuran pelajar antar sekolah, kecurangan ketika ujian, penyalah gunaan narkoba, pergaulan bebas, serta akhir-akhir ini kasus penistaaan agama yang sedang santer terdengar dan menyedot perhatian dunia telah merongrong bangsa yang berfalsafahkan pancasila ini dan masih banyak lg masalah lainnya.
Lengkap sudah bencana hukum dan politik, gempa sosial, dekadensi moral keagamaan, krisis etika, goncangan spiritual, merosotnya kepercayaan diri, dan sebagainya. Semuanya datang silih berganti mendera bangsa ini bertubi-tubi dan cenderung makin menjadi-jadi.
Musibah dan bencana yang telah meluluh lantakkan moralitas bangsa ini kalau kita cermati lebih mendalam adalah disebabkan terabaikannya “pendidikan karakter” bagi tiap-tiap individu rakyat, karakter atau kepribadian kita seakan telah tercabut dari akar semangat kebersamaan, saling tolong menolong, semangat kegotong royongan dan saling mengasihi antar sesama.
Maka alangkah sangat lazimnya jikalau Kemendiknas menyandarkan argumennya pada sejarah bangsa-bangsa yang selalu mengedepankan karakter sebagai solusi berbagai persoalan yang menerpanya. Sekadar contoh, revatilitas bangsa jerman dilakukannya pendidikan karakter dan spiritualitas setelah kekalahan perang dengan perancis. Jepang menata ulang negerinya menghadapi urbanisasi, disertai introduksi pendidikan moral. Amerika pada akhir abad ini menghadapi krisis gobal dengan mengintroduksikan kembali pendidikan Karakter.
Merujuk pada fakta-fakta sejarah bangsa-bangsa tersebut, Kemendiknas mencanangkan gerakan nasional, berupa pendidikan karakter (2010–2025) melalui keputusan pemerintah Republik Indonesia oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada tanggal 11 Mei tahun 2010 tentang gerakan nasional pendidikan karakter.
Gerakan nasional pendidikan karakter tersebut diharapkan mampu menjadi solusi atas rapuhnya karakter bangsa selama ini. Menurut Darmiyati Zuchdi, hal ini dimaksudkan sebagai sarana untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang berlandaskan empat pilar kebangsaan, yaitu; Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD ’45), Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhineka Tunggal Ika (Darmiyati Zuchdi, 2011: xv).
Dengan latar belakang kondisi bangsa indonesia yang dicirikan oleh krisis multidimensi dan keterpurukan dalam berbagai dimensi itu sementara sumber daya potensial bangsa ini pun tidak terkira melimpah ruah, tetapi kondisi yang dirasakan oleh banyak orang (rakyat) adalah jauhnya kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan dari kehidupan masyarakat indonesia saat ini. Kompleksitas masalah tidak dimaksudkan tuduhan kami terhadap kinerja pemerintah yang rendah. Tetapi lebih lebih kepada ajakan kepada semua pihak untuk bersinergi dalam pemecahan masalah bangsa ini secara simultan, berkelanjutan dan menyeluruh menuju Indonesia kedepan yang lebih baik.
Bangsa indonesia yang telah mendeklarasikan kemerdekaannya sejak 17 agustus 1945 memiliki kondisi yang unik dilihat dari perkembangannya sampai saat ini. Kurang lebih sudah 71 tahun rakyat indonesia menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara secara merdeka yang diakui oleh negara-negara lain didunia. Keunikan ini tidak saja dilihat dari keberagaman komponen dan kekayaan yang dimiliki bangsa ini, tetapi juga dilihat dari kondisi yang dialami bangsa indonesia saat ini. Komponen bangsa indonesia terdiri dari beragam konteks sosial dan budaya yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Dilihat dari kekayaan yang dimiliki bangsa indonesia dapat dikategorikan sangat melimpah disertai dengan letak kepulauan yang berada dilintasan khatulistiwa, tanah yang subur, air yang melimpah didalam tanah dan laut, semuanya memberikan keunikan terhadap bangsa ini.
Namun demikian, keunikan juga dapat kita lihat dari kondisi yang ada, dirasakan, dan telah menjadi ciri khas bangsa ini. Seharusnya dengan kondisi sosial budaya dan kekayaan alam yang melimpah, rakyat indonesia dapat merasakan kehidupan yang makmur dan sejahtera dari waktu ke waktu. Kenyataan yang dialami oleh bangsa ini menunjukkan bahwa kekayaan alam tereksploitasi besar-besaran, pembangunan industri terjadi terus menerus ( walaupun kondisinya turun naik dari waktu ke waktu), dan pergantian pemerintahan terus berlangsung dari waktu ke waktu secara damai, tetapi kebanyakan rakyat indonesia belum mendapatkan dan mengalami kehidupan yang makmur dan sejahtera.
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »