Empat Pejabat IAIN Kerinci Diduga KKN


Empat Pejabat IAIN Kerinci Diduga KKN

Kerinci GO-
Empat pejabat tinggi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci diduga kuat melakukan Tindak Pidana Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
Pejabat yang diduga tersebut diantaranya adalah, Martunus Rahim dengan jabatan Puket II. Dalam manajemen IAIN Kerinci, seperti petugas cleaning service, Satpam, hingga Dosen DLB.
“Mulai dari petugas cleaning service, petugas Satpam, bahkan dosen DLB diambil dari lingkungan keluarga Martunus Rahim, yakni Aridem Vintoni menjadi dosen tetap yang saat ini diduga menjadi Kaprodi Bahasa Inggris padahal belum fungsional,” kata salah satu orang dalam IAIN yang enggan menyebutkan namanya dipublist, Minggu, (30/10).
Ia menambahkan bahwa anak dari kakak perempuannya juga menjabat sebagai dosen. “Keponakan bernama Jaafar yang diterima sebagai dosen di IAIN dan Agusmita honorer namun menurut kabarnya diterima  sebagai dosen tetap,” tegas sumber.
Tidak tanggung-tanggung sumber mengatakan kekayaan Martunus Rahim patut di curigai. “Saya menduga Martunus Rahim, memiliki harta kekayaan yang melimpah seperti, rumah di Padang, Tanjung Pauh, dan memiliki tokoh bangunan,” ujarnya.
Puket III IAIN Kerinci Jalwis juga turut disorot. Seperti Anggaran DIPA bernilai Rp. 300 juta lebih untuk kegiatan mahasiswa diduga di rekayasa. “DIPA senilai Rp. 300 juta yang diperuntukkan bagi mahasiswa diduga kuat kuat fiktif,” terangnya.
Data yang diterima GO terdapat 14 kegiatanyang diduga kuat Fiktif. “Mulai dari kegiatan forum Annisa hingga kegiatan Menwa,” tukasnya. 
Sumber lainnya Wakil Ketua LSM Garaansi Indra Wirawan juga mengatakan hal yang senada.
“Ahmad Yani sebagai Kabag Administrasi dan Keuangan yang juga diduga merangkap sebagai Pimpinan Proyek (PIMPRO) di IAIN Kerinci dinilai tidak disiplin. Jarang masuk kantor. Isu yang beredar ia diduga terlibat kasus korupsi yang Informasinya kasus tersebut sudah menjadi temuan pihak Kejaksaan Negeri (Kejari) Sungai Penuh dengan nilai Rp. 2,1 Milyar kerugian Negara pada pekerjaan pembangunan gedung kampus IAIN di Tanjung Pauh HIlir,” ungkapnya.
Pembayaram honor dosen IAIN juga salah satu persoalan di dalam IAIN Kerinci. “ Honorer tahun ajaran 2011 diduga tidak pernah dicairkan, padahal IAIN Kerinci menyatakan segala bentuk pengeluaran di tanggung oleh anggaran DIPA IAIN tahun 2011 dan kenyataannya honorer dosen IAIN diduga tidak menerima dana sebesar Rp. 200 juta dan dana tersebut diduga digelapkan oleh Ahmad Yani dan Koleganya” bebernya.
Terakhir adalah Asya’ari Husein selaku Puket 1 ia juga diduga terlibat dalam kasus. “Pengelolaan dana IAIN ia diduga memangkas dana anggaran Prodi sehingga proses belajar mengajar tidak berjalan optimal,” tukasnya lagi.
Sampai berita ini di turunkan GO belum mendapat klarifikasi dari pihak IAIN Kerinci. “Bapak sedang ada acara,” kata petugas Sat. Pam.

Previous
« Prev Post
Show comments
Hide comments